Social Icons

Pages

Kamis, 14 November 2013

Ketika Harus Membilang Nyawa

Mungkin, jika memang harus membilang nyawa. Selalu ada satu hal yang sangat terasa kepedihannya. Bukan atas bertambahnya angka tapi justru atas berkurangnya nyawa.

Ketika itu, terdapat sebuah masa dimana seorang wanita dengan hati tanpa pamrih sehelai rambutpun, bersedia meletakkan hidupnya diatas meja pertaruhan. Yang jika tidak ia ambil pertaruhan ini, maka luluh lantaklah hatinya. Mungkin pula sekilas dalam hati wanita ini, ia berbisik "Tuhanku, selamatkanlah buah hati ini untuk cintaku. Biar nyawaku saja yang jadi penggantinya". Pada saat yang sama, seorang lelaki yang tanpa harus diminta, sepenuhnya ia serahkan tubuhnya. Bersujud di lembar bumi untuk sekedar meminta pada Tuhannya, "Selamatkan kedua cintaku ya Tuhan, biar kau ambil nyawaku sebagai gantinya, aku siap".

Selalu pedih jika harus meresapi ini. Wanita itu adalah ibu, dan lelaki itu adalah ayah. Kemudian ini yang selalu mengingatkan saya pada sebuah perkataan dari seseorang, bernama Abdullah putra Umar Radhiyallahu anhuma.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Suatu ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma melihat seorang laki-laki menggendong ibunya untuk tawaf di Kabah dan juga ke mana saja sang ibu menginginkan. Kemudian orang tersebut bertanya kepada Abdullah bin Umar, "Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku?" Maka jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, "Belum,.. Setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu" [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]

Perkataan "setetespun" itu seperti mengguncang tubuh ini. Bahkan untuk satu jenis rasa sakit seorang ibu ketika melahirkan, bahkan untuk setetes keringat yang ibu keluarkan untuk menahan sakit ketika melahirkan, ternyata kita tak mampu membayarnya.

Lalu dengan apa,... cukupkah rintihan "Robbighfirlii wa liwaalidayya warhamhumma kamaa rabbayaanii shaghiiraa,.. Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Dan sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidikku sewaktu kecil".

Ketika itu,... adalah tepat pada hari ini. Itulah sebab saya katakan, hari ini adalah hari dimana pernah seseorang rela pertaruhkan hidupnya, untuk hidup orang lain. Seseorang itu adalah ibu saya, dan orang lain itu adalah... firdaus.


Hak cipta gambar "Mother & Baby" ada pada imagesinart.co.uk


Tidak ada komentar:

Posting Komentar